sapa senyummu sudah cukup . . .
terbesit kata dihati . . .
tak berjudul, tak terungkap, tak terbalas
seharusnya aku tak meminta lebih . . .
bahagia sehari...
luka sehari . .
kertas putih hanya diwarnai dengan coretan tinta hitam..
tak ada lagi warna-warni seperti hari kemarin . .
dia yang tak pernah keluar dari persembunyiannya dibalik awan dan hujan . .
dia yang sulit ku gapai . .
dan tak akan pernah bisa ku gapai . .
aku tiba pada penghujung hayalku . . .
karena tak ku temukan namaku disana . . .
tolong, hentikan pedihku . . .
hentikan sakitku . . .
lupakan . . .
andai cinta tak dapat ku milikki . . .
setidaknya dia pernah bertahta dihati . . .
aku kan menghilang bagai debu yang tertiup angin . . .
agar kau bahagia tanpa menyakitiku . . .
Label:
puisi
Puisi Cinta ~ Tragedi dalam Cinta
oleh: Anisatun Arviyani
Gejolak cinta
Membangunkan raga
Datang..
Bagai ombak menghantam karang
Membuat hati ini selalu tersenyum
Hangat di dada
Bahagia menyelimuti jiwa
Mendampingi setiap langkah
Setia Abadi
Belaian kasih lembut
Tulus menghampiri
Mengusir sepi dan luka di hati
Rangkaian kata kata indah terurai
Janji manis terus terucap
Membuat diri ini terlena
Detik demi detik..
Hingga tahun berganti tahun
Hati ini tlah bersandar pada cinta
Namun tak terhitung waktu..
Cinta itu..
Pergi..
Entah kemana
Dia enggan tuk kembali
Cinta..
Yang dianggap takkan pernah punah
Kini tlah musnah
Menghilang dari kehidupan
Lenyap tiada sisa
Dan...
Hati ini embali menangis
Termakan CINTA
oleh: Anisatun Arviyani
Gejolak cinta
Membangunkan raga
Datang..
Bagai ombak menghantam karang
Membuat hati ini selalu tersenyum
Hangat di dada
Bahagia menyelimuti jiwa
Mendampingi setiap langkah
Setia Abadi
Belaian kasih lembut
Tulus menghampiri
Mengusir sepi dan luka di hati
Rangkaian kata kata indah terurai
Janji manis terus terucap
Membuat diri ini terlena
Detik demi detik..
Hingga tahun berganti tahun
Hati ini tlah bersandar pada cinta
Namun tak terhitung waktu..
Cinta itu..
Pergi..
Entah kemana
Dia enggan tuk kembali
Cinta..
Yang dianggap takkan pernah punah
Kini tlah musnah
Menghilang dari kehidupan
Lenyap tiada sisa
Dan...
Hati ini embali menangis
Termakan CINTA
Label:
puisi
Puisi Cinta - Secercah Harapan Yang Hilang
oleh: Anisatun Arviyani
Di saat mentari mulai bersinar terang
Di saat burung burung mulai berkicauan
Dan di saat bunga bunga mulai bermekaran
Seekor kupu - kupu terbang
Bagai mengelilingi dunia
Menggenggam harapan yang begitu besar
Dengan semangat yang tak mudah padam
Menengok ke angkasa
Menikmati kemegahan alam
Semilir angin sejuk mengiringinya
Semua makhluk menatap ria
Menjadi saksi hati yang gembira
Namun ketika langit berubah kelam
Sinar mentari tertutup awan
Dedaunan menunduk karna hujan
Ternyata..
Tlah mampu melunturkan jiwa
Semua musnah tak tersisa
Karna ini hanya fatamorgana
Kini tinggallah setitik harapan
Kelak datang masa bahagia
Seutuhnya..
oleh: Anisatun Arviyani
Di saat mentari mulai bersinar terang
Di saat burung burung mulai berkicauan
Dan di saat bunga bunga mulai bermekaran
Seekor kupu - kupu terbang
Bagai mengelilingi dunia
Menggenggam harapan yang begitu besar
Dengan semangat yang tak mudah padam
Menengok ke angkasa
Menikmati kemegahan alam
Semilir angin sejuk mengiringinya
Semua makhluk menatap ria
Menjadi saksi hati yang gembira
Namun ketika langit berubah kelam
Sinar mentari tertutup awan
Dedaunan menunduk karna hujan
Ternyata..
Tlah mampu melunturkan jiwa
Semua musnah tak tersisa
Karna ini hanya fatamorgana
Kini tinggallah setitik harapan
Kelak datang masa bahagia
Seutuhnya..
Label:
puisi
Lupa
Oleh: TRI ULAN TAIPEI CITY
begitu jauh langkah kaki
menapak liku hidup penuh duri
diujung jalan tak bertepi
tertatih-tatih meraih mimpi
air mata derita
dihunjam berbagai dilema
telah membawa diri lupa PADANYA
lupa…keberadaNYA
lupa….segala yang kita punya
adalah kuasaNYA
Dusta
Oleh: Heru Rahmat Mulyadi
Cirebon, 19 Januari 2009 M
22 Muharam 1430 H
Tuhan
Kami tahu Engkau
Tak pernah memberi
Beban yang melebihi
Kemampuan kami
Engkau Maha Pengasih
Dan Penyayang
Senantiasa
Berikan berjuta rasa
Kepada hamba
Setiap satuan waktu
Tak jemu
Engkau berikan berjuta
Milyaran trilyunan
Bahkan
Tak terhitung jumlah
Molekul-molekul oksigen kepada
Hamba yang senantiasa berdusta
TAUBAT
April 18, 2009
dihamparan kain yang lusuh
jiwa tertunduk dan bersimpuh
memohon ampun dari yang maha pengampun
atas segala dosa-dosa
yang mencemari raga yang semakin renta
kami……
hanyalah setitik debu yang hina
yang rapuh dan tak lupat
dari hilaf serta dosa
tersadar didalam gelisah
setelah begitu jauh melangkah
setelah begitu jauh melangkah
setelah terlalu lama terlena
akan kenikmatan nafsu dunia fatamorgana
mungkinkah kan mengelupas dari tubuh
kotoran-kotoran
yang telah mendarah daging menjadi satu
kami tahu…..
tubuh [...]
Doaku untuk Pagi…..
March 23, 2009
saat pagi
menjelang hari
saat mentari
membias fajar
aku ingin
terlintas kata
terucap firman MU
wahai kekasih Sejati
Yang penuhi semesta
dengan cintamu
ucapkanlah dengan iradat MU
aku bagian kekasih MU
Ucapkanlah dengan iradat MU
aku bagian kerinduan MU
Ucapkanlah dengan iradat MU
kau dan aku satu
satu rasa, sirr, sifat,dan zat
yang tak terpisahkan
oleh apapun selamanya
by: sandythedreamer
(surya mencaridunya.blogspot.com)
Gugur….
March 23, 2009
Diam..
Dan dengarkan..
Daun berjatuhan..
Berguguran..
Rasakan..
Senja mulai hilang..
Terbenam dalam angan..
Mengenang semua kerinduan..
Katakan..
Ku mencintaimu kemudian..
Rinduku yang demikian..
Sanggupkah aku bertahan..
Siang..
Hingga malam menjelang..
Terbayang wajahmu perlahan..
Tak sanggup aku memandang..
Oleh: TRI ULAN TAIPEI CITY
begitu jauh langkah kaki
menapak liku hidup penuh duri
diujung jalan tak bertepi
tertatih-tatih meraih mimpi
air mata derita
dihunjam berbagai dilema
telah membawa diri lupa PADANYA
lupa…keberadaNYA
lupa….segala yang kita punya
adalah kuasaNYA
Dusta
Oleh: Heru Rahmat Mulyadi
Cirebon, 19 Januari 2009 M
22 Muharam 1430 H
Tuhan
Kami tahu Engkau
Tak pernah memberi
Beban yang melebihi
Kemampuan kami
Engkau Maha Pengasih
Dan Penyayang
Senantiasa
Berikan berjuta rasa
Kepada hamba
Setiap satuan waktu
Tak jemu
Engkau berikan berjuta
Milyaran trilyunan
Bahkan
Tak terhitung jumlah
Molekul-molekul oksigen kepada
Hamba yang senantiasa berdusta
TAUBAT
April 18, 2009
dihamparan kain yang lusuh
jiwa tertunduk dan bersimpuh
memohon ampun dari yang maha pengampun
atas segala dosa-dosa
yang mencemari raga yang semakin renta
kami……
hanyalah setitik debu yang hina
yang rapuh dan tak lupat
dari hilaf serta dosa
tersadar didalam gelisah
setelah begitu jauh melangkah
setelah begitu jauh melangkah
setelah terlalu lama terlena
akan kenikmatan nafsu dunia fatamorgana
mungkinkah kan mengelupas dari tubuh
kotoran-kotoran
yang telah mendarah daging menjadi satu
kami tahu…..
tubuh [...]
Doaku untuk Pagi…..
March 23, 2009
saat pagi
menjelang hari
saat mentari
membias fajar
aku ingin
terlintas kata
terucap firman MU
wahai kekasih Sejati
Yang penuhi semesta
dengan cintamu
ucapkanlah dengan iradat MU
aku bagian kekasih MU
Ucapkanlah dengan iradat MU
aku bagian kerinduan MU
Ucapkanlah dengan iradat MU
kau dan aku satu
satu rasa, sirr, sifat,dan zat
yang tak terpisahkan
oleh apapun selamanya
by: sandythedreamer
(surya mencaridunya.blogspot.com)
Gugur….
March 23, 2009
Diam..
Dan dengarkan..
Daun berjatuhan..
Berguguran..
Rasakan..
Senja mulai hilang..
Terbenam dalam angan..
Mengenang semua kerinduan..
Katakan..
Ku mencintaimu kemudian..
Rinduku yang demikian..
Sanggupkah aku bertahan..
Siang..
Hingga malam menjelang..
Terbayang wajahmu perlahan..
Tak sanggup aku memandang..
Label:
puisi
Puisi Chairil Anwar SENJA DI PELABUHAN KECIL
buat: Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
1946
Posted 5:58 AM by camar
Puisi Chairil Anwar CINTAKU JAUH DI PULAU
Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.
1946
Posted 5:57 AM by camar
Puisi Chairil Anwar MALAM DI PEGUNUNGAN
Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!
1947
Posted 5:57 AM by camar
Puisi Chairil Anwar YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS
kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku
1949
Posted 5:53 AM by camar
Puisi Chairil Anwar DERAI DERAI CEMARA
cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
buat: Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
1946
Posted 5:58 AM by camar
Puisi Chairil Anwar CINTAKU JAUH DI PULAU
Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.
1946
Posted 5:57 AM by camar
Puisi Chairil Anwar MALAM DI PEGUNUNGAN
Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!
1947
Posted 5:57 AM by camar
Puisi Chairil Anwar YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS
kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku
1949
Posted 5:53 AM by camar
Puisi Chairil Anwar DERAI DERAI CEMARA
cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
Label:
puisi
Puisi Chairil Anwar : KRAWANG-BEKASI
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
(1948)
Brawidjaja, Jilid 7, No 16, 1957
Puisi Chairil Anwar : DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
Puisi Chairil Anwar : MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(Februari 1943)
Budaya, Th III, No. 8, Agustus 1954
Puisi Chairil Anwar AKU
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
Posted 6:01 AM by camar
Puisi Chairil Anwar PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Maret 1943
Posted 5:59 AM by camar
Puisi Chairil Anwar HAMPA
kepada sri
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.
Posted 5:59 AM by camar
Puisi Chairil Anwar DOA
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
13 November 1943
Posted 5:58 AM by camar
Puisi Chairil Anwar SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
(1948)
Brawidjaja, Jilid 7, No 16, 1957
Puisi Chairil Anwar : DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
Puisi Chairil Anwar : MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(Februari 1943)
Budaya, Th III, No. 8, Agustus 1954
Puisi Chairil Anwar AKU
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
Posted 6:01 AM by camar
Puisi Chairil Anwar PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Maret 1943
Posted 5:59 AM by camar
Puisi Chairil Anwar HAMPA
kepada sri
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.
Posted 5:59 AM by camar
Puisi Chairil Anwar DOA
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
13 November 1943
Posted 5:58 AM by camar
Puisi Chairil Anwar SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...
Label:
puisi
Rasa Ini Takkan Pernah Mati
23.05
Hati yang pernah singgah
Rasa cinta yang dulu pernah ada
Mungkin takkan bisa hilang
Hingga terkubur jauh direlung jiwa
Rasa sakit inipun takkan pernah mati
Karna kalian tega mengkhianati
Kasih yang slama ini aku beri
Bahkan oleh kakakku sendiri
Mulai kini putus sudah ikatan kita
Takkan lagi ada rangkaian cerita
Terbersik diri ini ’tuk melihat wajahmu kini tak pernah ada
Karna kalian tlah tega
Menusukku dari belakang hingga tembus tepat didada
Tuhan! Semoga apa yang kurasa mereka juga merasakannya
Lebih dari sakit yang kurasa
Karena mereka tega menyakiti hatiku seperti ini
Luka yang mereka ukir
Tlah menggores luka dihidupku slama ini
Rasa cinta yang dulu pernah ada
Mungkin takkan bisa hilang
Hingga terkubur jauh direlung jiwa
Rasa sakit inipun takkan pernah mati
Karna kalian tega mengkhianati
Kasih yang slama ini aku beri
Bahkan oleh kakakku sendiri
Mulai kini putus sudah ikatan kita
Takkan lagi ada rangkaian cerita
Terbersik diri ini ’tuk melihat wajahmu kini tak pernah ada
Karna kalian tlah tega
Menusukku dari belakang hingga tembus tepat didada
Tuhan! Semoga apa yang kurasa mereka juga merasakannya
Lebih dari sakit yang kurasa
Karena mereka tega menyakiti hatiku seperti ini
Luka yang mereka ukir
Tlah menggores luka dihidupku slama ini
Label:
puisi