sapa senyummu sudah cukup . . .

terbesit kata dihati . . .

tak berjudul, tak terungkap, tak terbalas


seharusnya aku tak meminta lebih . . .

bahagia sehari...

luka sehari . .

kertas putih hanya diwarnai dengan coretan tinta hitam..

tak ada lagi warna-warni seperti hari kemarin . .

dia yang tak pernah keluar dari persembunyiannya dibalik awan dan hujan . .

dia yang sulit ku gapai . .

dan tak akan pernah bisa ku gapai . .

aku tiba pada penghujung hayalku . . .

karena tak ku temukan namaku disana . . .

tolong, hentikan pedihku . . .

hentikan sakitku . . .

lupakan . . .

andai cinta tak dapat ku milikki . . .

setidaknya dia pernah bertahta dihati . . .

aku kan menghilang bagai debu yang tertiup angin . . .

agar kau bahagia tanpa menyakitiku . . .
Puisi Cinta ~ Tragedi dalam Cinta
oleh: Anisatun Arviyani

Gejolak cinta
Membangunkan raga
Datang..
Bagai ombak menghantam karang
Membuat hati ini selalu tersenyum
Hangat di dada
Bahagia menyelimuti jiwa
Mendampingi setiap langkah
Setia Abadi

Belaian kasih lembut
Tulus menghampiri
Mengusir sepi dan luka di hati

Rangkaian kata kata indah terurai
Janji manis terus terucap
Membuat diri ini terlena

Detik demi detik..
Hingga tahun berganti tahun
Hati ini tlah bersandar pada cinta

Namun tak terhitung waktu..
Cinta itu..
Pergi..
Entah kemana
Dia enggan tuk kembali

Cinta..
Yang dianggap takkan pernah punah
Kini tlah musnah
Menghilang dari kehidupan
Lenyap tiada sisa

Dan...
Hati ini embali menangis
Termakan CINTA
Puisi Cinta - Secercah Harapan Yang Hilang
oleh: Anisatun Arviyani


Di saat mentari mulai bersinar terang

Di saat burung burung mulai berkicauan

Dan di saat bunga bunga mulai bermekaran

Seekor kupu - kupu terbang

Bagai mengelilingi dunia

Menggenggam harapan yang begitu besar

Dengan semangat yang tak mudah padam

Menengok ke angkasa

Menikmati kemegahan alam

Semilir angin sejuk mengiringinya

Semua makhluk menatap ria

Menjadi saksi hati yang gembira

Namun ketika langit berubah kelam

Sinar mentari tertutup awan

Dedaunan menunduk karna hujan

Ternyata..

Tlah mampu melunturkan jiwa

Semua musnah tak tersisa

Karna ini hanya fatamorgana

Kini tinggallah setitik harapan

Kelak datang masa bahagia

Seutuhnya..
Lupa
Oleh: TRI ULAN TAIPEI CITY

begitu jauh langkah kaki

menapak liku hidup penuh duri

diujung jalan tak bertepi

tertatih-tatih meraih mimpi

air mata derita

dihunjam berbagai dilema

telah membawa diri lupa PADANYA

lupa…keberadaNYA

lupa….segala yang kita punya

adalah kuasaNYA


Dusta
Oleh: Heru Rahmat Mulyadi
Cirebon, 19 Januari 2009 M
22 Muharam 1430 H

Tuhan

Kami tahu Engkau

Tak pernah memberi

Beban yang melebihi

Kemampuan kami

Engkau Maha Pengasih

Dan Penyayang

Senantiasa

Berikan berjuta rasa

Kepada hamba

Setiap satuan waktu

Tak jemu

Engkau berikan berjuta

Milyaran trilyunan

Bahkan

Tak terhitung jumlah

Molekul-molekul oksigen kepada

Hamba yang senantiasa berdusta


TAUBAT

April 18, 2009

dihamparan kain yang lusuh

jiwa tertunduk dan bersimpuh

memohon ampun dari yang maha pengampun

atas segala dosa-dosa

yang mencemari raga yang semakin renta

kami……

hanyalah setitik debu yang hina

yang rapuh dan tak lupat

dari hilaf serta dosa

tersadar didalam gelisah

setelah begitu jauh melangkah

setelah begitu jauh melangkah

setelah terlalu lama terlena

akan kenikmatan nafsu dunia fatamorgana

mungkinkah kan mengelupas dari tubuh

kotoran-kotoran

yang telah mendarah daging menjadi satu

kami tahu…..

tubuh [...]


Doaku untuk Pagi…..
March 23, 2009

saat pagi

menjelang hari

saat mentari

membias fajar

aku ingin

terlintas kata

terucap firman MU

wahai kekasih Sejati

Yang penuhi semesta

dengan cintamu

ucapkanlah dengan iradat MU

aku bagian kekasih MU

Ucapkanlah dengan iradat MU

aku bagian kerinduan MU

Ucapkanlah dengan iradat MU

kau dan aku satu

satu rasa, sirr, sifat,dan zat

yang tak terpisahkan

oleh apapun selamanya

by: sandythedreamer

(surya mencaridunya.blogspot.com)


Gugur….
March 23, 2009

Diam..

Dan dengarkan..

Daun berjatuhan..

Berguguran..

Rasakan..

Senja mulai hilang..

Terbenam dalam angan..

Mengenang semua kerinduan..

Katakan..

Ku mencintaimu kemudian..

Rinduku yang demikian..

Sanggupkah aku bertahan..

Siang..

Hingga malam menjelang..

Terbayang wajahmu perlahan..

Tak sanggup aku memandang..
Puisi Chairil Anwar SENJA DI PELABUHAN KECIL
buat: Sri Ajati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

1946
Posted 5:58 AM by camar

Puisi Chairil Anwar CINTAKU JAUH DI PULAU

Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.

1946
Posted 5:57 AM by camar

Puisi Chairil Anwar MALAM DI PEGUNUNGAN

Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!

1947
Posted 5:57 AM by camar

Puisi Chairil Anwar YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS

kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin

aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang

tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku

1949
Posted 5:53 AM by camar

Puisi Chairil Anwar DERAI DERAI CEMARA

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
Puisi Chairil Anwar : KRAWANG-BEKASI

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

(1948)
Brawidjaja, Jilid 7, No 16, 1957


Puisi Chairil Anwar : DIPONEGORO

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

Puisi Chairil Anwar : MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai



Maju
Serbu
Serang
Terjang

(Februari 1943)
Budaya, Th III, No. 8, Agustus 1954

Puisi Chairil Anwar AKU

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943
Posted 6:01 AM by camar

Puisi Chairil Anwar PENERIMAAN

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

Maret 1943
Posted 5:59 AM by camar

Puisi Chairil Anwar HAMPA

kepada sri

Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.

Posted 5:59 AM by camar

Puisi Chairil Anwar DOA

kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

13 November 1943
Posted 5:58 AM by camar

Puisi Chairil Anwar SAJAK PUTIH

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...

Rasa Ini Takkan Pernah Mati

Hati yang pernah singgah
Rasa cinta yang dulu pernah ada
Mungkin takkan bisa hilang
Hingga terkubur jauh direlung jiwa

Rasa sakit inipun takkan pernah mati
Karna kalian tega mengkhianati
Kasih yang slama ini aku beri
Bahkan oleh kakakku sendiri

Mulai kini putus sudah ikatan kita
Takkan lagi ada rangkaian cerita
Terbersik diri ini ’tuk melihat wajahmu kini tak pernah ada
Karna kalian tlah tega
Menusukku dari belakang hingga tembus tepat didada

Tuhan! Semoga apa yang kurasa mereka juga merasakannya
Lebih dari sakit yang kurasa
Karena mereka tega menyakiti hatiku seperti ini
Luka yang mereka ukir
Tlah menggores luka dihidupku slama ini